Sunday, September 18, 2016

Kisah Nasi Uduk

Ini mengenai sekelumit kisah pendek tentang seorang pemuda dan seorang wanita pujaan hatinya. Cerita ini murni berasal dari pemikiran penulis (alvita). Selamat membaca :)


***

Pagi itu pemuda tersebut harus bangun lebih awal dari biasanya karena ada kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang musti diikutinya. Sudah sejak semalam dia menyiapkan segala bekal dan perlengkapannya untuk suatu kegiatan yang musti menginap tersebut.

Dia terbangun menyusuri jalanan menuju kerumah temannya yang juga akan mengikuti kegiatan tersebut, sebelumnya mereka sudah janjian untuk berangkat bersama - sama. Dia berjalan sembari melamun membayangkan wanita pujaan hatinya itu. Oh iya, lupa diceritakan bahwa wanita tersebut adalah teman satu ekskul pemuda tersebut dan mereka mulai dekat semenjak itu.

Sesampainya dirumah temannya tersebut ternyata temannya sudah menunggu dan mereka pun berangkat menuju tempat berkumpul anggota ekskul tersebut, namun karena merasa lapar dan merasa masih sangat pagi akhirnya pemuda tersebut mengajak temannya untuk membeli sarapan terlebih dahulu, dan mereka pun berpikir sarapan apa yang sudah buka pukul 04.30 saat itu? Ahaa.. Nasi Uduk di seberang jalan kan buka dari pukul 04.00. Mereka pun pergi kesana.

Dalam benak pemuda tersebut sebenarnya dia ingin menghubungi wanita yang disukainya itu untuk menawarkan sarapan nasi uduk juga, namun karena dia belum percaya diri akhirnya dia menyuruh temannya untuk menghubungi wanita tersebut menawarkan nasi uduk namun dia tidak ingin wanita tersebut tahu bahwa sms temannya tersebut disuruh olehnya. Tak berselang lama temannya mengabari bahwa wanita tersebut mau dibawakan nasi uduk juga. Pemuda itu senang bukan kepalang, akhirnya dia pun membeli 2 nasi uduk, satu untuk wanita tersebut dan satu untuk dirinya sendiri, dan nasi uduk tersebut ditempatkan dalam kresek yang berbeda.

"yang satu kamu yang bawa ya" kata pemuda tersebut kepada temannya. "Lhoo.. kenapa ga km aja yang bawain?", Tanya temannya heran. "Aku malu", jawab pemuda tersebut singkat. Temannya pun membawakan nasi uduk tersebut yang ditujukkan untuk wanita yang disukai pemuda tersebut.

Singkat cerita, sesampainya di tempat berkumpul, temannya langsung menyerahkan nasi uduk tersebut kepada wanita yang disukai pemuda tersebut, "ini nasi uduk buat kamu", wanita itu pun sangat senang dengan perhatian yang diberikan teman pemuda tersebut, "terima kasih ya, ini uangnya aku ganti", kata wanita tersebut sambil menyodorkan sejumlah uang, "ahh..enggak usah, udah gapapa aku ikhlas kok", timpal teman pemuda tersebut. "Makasih ya, kamu baik banged" puji wanita tersebut.

Pemuda tersebut memandang peristiwa tersebut sambil tersenyum. Mungkin hatinya saat ini meringis, bahwa perhatian yang dia berikan -walau tidak secara langsung (karena melalui temannya)- ternyata malah berimbas ke orang lain. Namun pemuda tersebut ikhlas dan dia merasa senang dapat memberikan nasi uduk tersebut kepada orang yang dicintainya walau mungkin apa yang dia berikan tidak sebanding dengan apa yang dia dapatkan.

***

Pemuda itu adalah contoh seorang yang mencintai orang lain dengan tulus, tanpa mengharapkan balasan perhatian, tanpa mengharapkan pujian, maupun ucapan terima kasih sekalipun. Seringkali kita melihat bahwa cinta seseorang diukur hanya melalui seberapa besar perhatian yang diberikan kepada kita tanpa melihat dan menelaah lebih jauh ke dalam. Apakah yang didapatkan pemuda tersebut adil? Mungkin bagi kita hal itu tidaklah adil, karena Manusia melihat suatu keadilan hanyalah dari sesuatu yang nampak. Hanya Allah lah yang dapat memberikan balasan yang seadil - adilnya dan melihat berdasarkan fakta hakiki yang tidak terlihat oleh orang lain. Maka berharaplah dan lakukan yang terbaik bukan karena menginginkan balasan dari manusia, tapi balasan dari Allah yang Maha Adil.

"Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Maka barang siapa mengerjakan keburukan seberat zarrah, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya."
(QS. Al-Zilzal : 7-8)